Ajaran Ahmadiyah yang kerap dipermasalahkan di negeri ini bukanlah ajaran Islam. Ajaran yang dianut oleh pengikutnya sudah keluar dari kontek Islam, meski demikian mereka tetap ngotot sebagai bagian dari umat Islam.
Pengikut Ahmadiyah menyakini adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW, kalau keyakinan itu yang tetap mereka anut, dan puncak kepercayaannya masih pada itu, maka mereka sudah keluar dari Islam.
Dalam ajaran Ahmadiyah, mereka ayat-ayat al-Qur’an itu banyak dikurangi, dan dicocokkan dengan aturan mereka. Padahal sudah jelas barangsiapa mengubah, mengganti, dan mengurangi isi al-Qur’an maka ia telah kufur.
Meskipun mereka melakukan kegiatan sembayang, puasa, tetap saja tidak ada pahala, karena memang sudah keluar dari Islam. Sayangnya, penduduk Lombok Timur yang menganut Ahmadiyah sudah mencapai ratusan KK, ini sudah cukup besar.
Karena tidak ada tindakan dari pemerintah, setelah melakukan penyelidikan dan menemui kenyataan di lapangan dan terbukti maka ratusan rumah yang menganut itu dirusak oleh warga.
Bagi penduduk yang tidak sadar dan tetap mempertahankan ajaran Ahmadiyah mereka kembali ke Surabaya, karena di sana ada persatuannya. Yang tidak pindah mereka ditampung oleh pemerintah di sebuah asrama dan hidupnya dibiayai oleh pemerintah. Tapi tak sedikit yang kembali ke ajaran Islam dan bermukim kembali dan bergabung dengan warga bersama hidup damai. Padahal yang dihidupi saat itu ada 110 KK.
Mereka di bagi-bagi dan dikirim ke kampung, tapi tidak ada yang mau menerima, hingga akhirnya ditampung di bagian Wali Kota, di Mejeluk. Saya sudah berdakwah di sana. Saya mengajak mereka agar sadar dan kembali, tapi mereka belum mau, karena duitnya yang diberikan dari Inggris cukup besar.
Bahkan ketika adad rapat di pendopo Gubernur bersama alim ulama, saya memberikan makalah kepada yang hadir tentang kesesatan ajaran Ahmadiyah. Di mana ajaran ini keluar dari ajaran Islam. Bahkan yang tidak mendapatkan makalah itu, sebagian juga ke rumah untuk meminta untuk dipahami dan dipelajari. Baik dari Kapolda, Danrem ke rumah meminta penjelasan.
Pernah suatu hari pimpinan dari Ahmadiyah dari Jakarta, Surabaya, Yogjakarta dan NTB datang ke rumah untuk berdiskusi dengan saya. Mereka menanyakan tentang permasalahan ajarannya kepada saya.
Karena yang menanyakan orang intelek, saya berikan jawaban secara intelek juga. Jawaban saya adalah, saya tidak sepaham dengan Ahmadiyah, dan mereka yang sadar kembali kepada keluarganya, dan melakukan akad nikah lagi. Kenapa dinikahkan lagi, sebab ia telah murtad dan untuk kembali ke istrinya atau suaminya maka harus menikah lagi. Logikanya Ahmadiyah adalah murtad dari Islam.
Lalu mereka tidak menjawab lagi, karena kalau saya menjawab macam-macam mereka mempunyai dalil untuk mempertahankan dirinya. Dan dalil-dalil yang mereka gunakan tidak akan pernah sama dengan pandangan Islam karena sumber rujukannya berbeda. Kemudian mereka juga tidak akan bisa menerima kita dan kita juga tidak bisa menerima mereka.
Jadi mereka akidahnya sudah rusak dengan meyakini Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi setelah Nabi Muhammad. Karena akidahnya sudah rusak, ya semuanya juga akan ikut rusak, yaitu dengan meyakini adanya nabi dan rasul setelah nabi Muhammad SAW.
Pengikut Ahmadiyah menyakini adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW, kalau keyakinan itu yang tetap mereka anut, dan puncak kepercayaannya masih pada itu, maka mereka sudah keluar dari Islam.
Dalam ajaran Ahmadiyah, mereka ayat-ayat al-Qur’an itu banyak dikurangi, dan dicocokkan dengan aturan mereka. Padahal sudah jelas barangsiapa mengubah, mengganti, dan mengurangi isi al-Qur’an maka ia telah kufur.
Meskipun mereka melakukan kegiatan sembayang, puasa, tetap saja tidak ada pahala, karena memang sudah keluar dari Islam. Sayangnya, penduduk Lombok Timur yang menganut Ahmadiyah sudah mencapai ratusan KK, ini sudah cukup besar.
Karena tidak ada tindakan dari pemerintah, setelah melakukan penyelidikan dan menemui kenyataan di lapangan dan terbukti maka ratusan rumah yang menganut itu dirusak oleh warga.
Bagi penduduk yang tidak sadar dan tetap mempertahankan ajaran Ahmadiyah mereka kembali ke Surabaya, karena di sana ada persatuannya. Yang tidak pindah mereka ditampung oleh pemerintah di sebuah asrama dan hidupnya dibiayai oleh pemerintah. Tapi tak sedikit yang kembali ke ajaran Islam dan bermukim kembali dan bergabung dengan warga bersama hidup damai. Padahal yang dihidupi saat itu ada 110 KK.
Mereka di bagi-bagi dan dikirim ke kampung, tapi tidak ada yang mau menerima, hingga akhirnya ditampung di bagian Wali Kota, di Mejeluk. Saya sudah berdakwah di sana. Saya mengajak mereka agar sadar dan kembali, tapi mereka belum mau, karena duitnya yang diberikan dari Inggris cukup besar.
Bahkan ketika adad rapat di pendopo Gubernur bersama alim ulama, saya memberikan makalah kepada yang hadir tentang kesesatan ajaran Ahmadiyah. Di mana ajaran ini keluar dari ajaran Islam. Bahkan yang tidak mendapatkan makalah itu, sebagian juga ke rumah untuk meminta untuk dipahami dan dipelajari. Baik dari Kapolda, Danrem ke rumah meminta penjelasan.
Pernah suatu hari pimpinan dari Ahmadiyah dari Jakarta, Surabaya, Yogjakarta dan NTB datang ke rumah untuk berdiskusi dengan saya. Mereka menanyakan tentang permasalahan ajarannya kepada saya.
Karena yang menanyakan orang intelek, saya berikan jawaban secara intelek juga. Jawaban saya adalah, saya tidak sepaham dengan Ahmadiyah, dan mereka yang sadar kembali kepada keluarganya, dan melakukan akad nikah lagi. Kenapa dinikahkan lagi, sebab ia telah murtad dan untuk kembali ke istrinya atau suaminya maka harus menikah lagi. Logikanya Ahmadiyah adalah murtad dari Islam.
Lalu mereka tidak menjawab lagi, karena kalau saya menjawab macam-macam mereka mempunyai dalil untuk mempertahankan dirinya. Dan dalil-dalil yang mereka gunakan tidak akan pernah sama dengan pandangan Islam karena sumber rujukannya berbeda. Kemudian mereka juga tidak akan bisa menerima kita dan kita juga tidak bisa menerima mereka.
Jadi mereka akidahnya sudah rusak dengan meyakini Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi setelah Nabi Muhammad. Karena akidahnya sudah rusak, ya semuanya juga akan ikut rusak, yaitu dengan meyakini adanya nabi dan rasul setelah nabi Muhammad SAW.
Posting Komentar